Senin, 06 Oktober 2014

M.IV. DIKSI (Pilihan Kata)

Jika kita menulis atau berbicara, kita selalu menggunakan kata. Kata tersebut dibentuk menjadi Kelompok kata, klausa, kalimat, paragraph dan akhirnya sebuah wacana. Di dalam sebuah Karangan, Diksi bisa diartikan sebagai pilihan kata pengarang untuk menggambarkan sebuah cerita. Diksi bukan Hanya berarti pilih memilih kata melainkan digunakan untuk menyatakan gagasan atau Menceritakan Peristiwa tetapi juga meliputi persoalan gaya bahasa, ungkapan-ungkapan dan Sebagainya. Gaya Bahasa sebagai bagian dari diksi yang bertalian dengan ungkapan-unkapan Individu atau Karakteristik, atau memiliki nilai artistik yang tinggi.
 
Sebelum menentukan pilihan kata, penulis harus memperhatikan dua hal pokok, yakni : masalah makna dan relasi makna.
  • Makna sebuah kata / sebuah kalimat merupakan makna yang tidak selalu berdiri sendiri. Adapun Makna menurut (Chaer, 1994: 60) terbagi atas beberapa kelompok yaitu :

Makna Leksikal  
Makna yang sesuai dengan referennya, sesuai dengan hasil observasi alat indera / makna yg sungguh-Sungguh nyata dlm kehidupan kita. 
Contoh: Kata tikus, makna leksikalnya adalah binatang yang menyebabkan timbulnya penyakit (Tikus itu mati diterkam kucing).
 
Makna Gramatikal 
Untuk menyatakan makna-makna atau nuansa-nuansa makna gramatikal, untuk menyatakan makna Jamak bahasa Indonesia, menggunakan proses reduplikasi. 
Seperti kata: buku yg bermakna “sebuah buku,” menjadi buku-buku yang bermakna “banyak buku”.
2 
     Makna Referensial dan Nonreferensial  
   Makna referensial & nonreferensial perbedaannya adalah berdasarkan ada tidaknya referen dari Kata-kata itu. Maka kata-kata itu mempunyai referen, yaitu sesuatu di luar bahasa yang diacu oleh Kata itu. Kata bermakna referensial, kalau mempunyai referen, sedangkan kata bermakna Nonreferensial kalau tidak memiliki referen. 
      Contoh: Kata meja dan kursi (bermakna referen). Kata karena dan tetapi (bermakna nonreferensial).
3     
         Makna Denotatif dan Konotatif
Makna denotatif adalah makna asli, makna asal atau makna sebenarnya yang dimiliki sebuah leksem. Contoh: Kata kurus, bermakna denotatif keadaan tubuhnya yang lebih kecil & ukuran badannya normal. 
Makna konotatif adalah makna lain yang ditambahkan pada makna denotatif tadi yang berhubungan Dengan nilai rasa orang / kelompok orang yang menggunakan kata tersebut. 
Contoh: Kata kurus pada contoh di atas bermakna konotatif netral, artinya tidak memiliki nilai rasa yang mengenakkan, tetapi kata ramping bersinonim dengan kata kurus itu memiliki konotatif positif, nilai yang mengenakkan. Orang akan senang bila dikatakan ramping.
4.      
      Makna Konseptual dan Makna Asosiatif
Makna konseptual adalah makna yang dimiliki oleh sebuah leksem terlepas dari konteks atau asosiasi apapun. 
Contoh: Kata kuda memiliki makna konseptual “sejenis binatang berkaki empat yg bisa dikendarai”.  
Makna asosiatif adalah makna yang dimiliki sebuah leksem / kata berkenaan dengan adanya hubungan kata itu dengan suatu yang berada diluar bahasa. 
Contoh: Kata melati berasosiasi dg suatu yg suci / kesucian. Kata merah berasosiasi berani / paham komunis.
5.      
          Makna Kata dan Makna Istilah
Makna kata, walaupun secara sinkronis tidak berubah, tetapi karena berbagai faktor dalam kehidupan dapat menjadi bersifat umum. Makna kata itu baru menjadi jelas kalau sudah digunakan dalam suatu kalimat. 
Contoh: Kata tahanan, bermakna orang yang ditahan,tapi bisa juga hasil perbuatan menahan. Kata air, bermakna air yang berada di sumur, di gelas, di bak mandi atau air hujan.   
Makna istilah memiliki makna yang tetap dan pasti. Ketetapan dan kepastian makna istilah itu karena istilah itu hanya digunakan dalam bidang kegiatan atau keilmuan tertentu. 
Contoh: Kata tahanan di atas masih bersifat umum, istilah di bidang hukum, kata tahanan itu sudah pasti orang yang ditahan sehubungan suatu perkara.
6.      
          Makna Idiomatikal dan Peribahasa
Yang dimaksud dengan idiom adalah satuan-satuan bahasa (ada berupa baik kata, frase, maupun kalimat) maknanya tidak dapat diramalkan dari makna leksikal, baik unsur-unsurnya maupun makna gramatikal satuan-satuan tersebut. 
Contoh: Kata ketakutan, kesedihan, keberanian, dan kebimbangan memiliki makna hal yg disebut makna dasar, Kata rumah kayu bermakna, rumah yang terbuat dari kayu.  
Makna pribahasa bersifat memperbandingkan atau mengumpamakan, maka lazim juga disebut dengan nama perumpamaan. 
Contoh: Bagai, bak, laksana dan umpama lazim digunakan dalam peribahasa.
      
          Makna Kias 
Makna kias adalah kata, frase dan kalimat yang tidak merujuk pada arti sebenarnya. 
Contoh: Putri malam bermakna bulan , Raja siang bermakna matahari.
 
Makna Umum dan Khusus
Kata umum dibedakan dari kata khusus berdasarkan ruang-lingkupnya.
  • Makin luas ruang-lingkup suatu kata, maka makin umum sifatnya. Makin umum suatu kata, maka semakin terbuka kemungkinan terjadinya salah paham dalam pemaknaannya.
  • Makin sempit ruang-lingkupnya, makin khusus sifatnya sehingga makin sedikit kemungkinan terjadinya salah paham dalam pemaknaannya, dan makin mendekatkan penulis pada pilihan kata secara tepat. 
Misalnya:
Kata ikan memiliki acuan yang lebih luas daripada kata mujair  atau tawes. Ikan tidak hanya mujair atau tidak seperti gurame, lele, sepat, tuna, baronang, nila, ikan koki dan ikan mas. Dalam hal ini kata acuannya lebih luas disebut kata umum, seperti ikan, sedangkan kata yang acuannya lebih khusus disebut kata khusus, seperti gurame, lele, tawes, dan ikan mas.
 
Sinonim
Sinonim adalah dua kata atau lebih yang pada asasnya mempunyai makna yang sama, tetapi bentuknya berlainan. Kesinoniman kata tidaklah mutlak, hanya ada kesamaan atau kemiripan. Kita ambil contoh cermat dan cerdik kedua kata itu bersinonim, tetapi kedua kata tersebut tidak persis sama benar. Kesinoniman kata masih berhubungan dengan masalah makna denotatif dan makna konotatif suatu kata. 
 
Sumber :

Tidak ada komentar:

Posting Komentar